Senin, 18 Januari 2010
The major key to get our better future is ourself. Lock our mind onto that. This is a super important point to remember. The major key is we. Mr. Shoaff always answered when asked; “How do we develop an above average income?” by saying “Simple; become an above average person. Work on we.” Mr. Shoaff would say; “Develop an above average handshake.”
He would say; “A lot of people want to be successful; and they don’t even work on their handshake. As easy as that would be to start; they let this slide. They don’t understand.” Mr. Shoaff would say; “Develop an above average smile.
Develop an above average dedication. Develop an above average excitement. Develop an above average interest in other people.” He would say; “To have more; become more.” Remember; work harder on ourself than we do on our job. For a long time in my life; I did not have this figured out.
Strangely enough; with two different people in the same company one may earn an extra $100 a month; and the other may earn a $1;000. What could possibly be the difference? If the products were the same; if the training was the same; if they both had the same literature; the same tools.
If they both had the same teacher; the same compensation plan; if they both attended the same meetings; why would one person earn the $100 per month and the other person earn the $1000? Remember here is the difference…the difference is personal; inside; not outside; inside.
You see the real difference is inside we. In fact; the difference IS we. Someone once said; “The magic is not in the products. The magic is not in the literature. The magic is not in the film. There isn’t a magic meeting; but the magic that makes things better is inside we; and personal growth makes this magic work for we.
The magic is in believing. The magic is in daring. The magic is in trying. The real magic is in persevering. The magic is in accepting. It’s in working. The magic is in thinking. There is magic in a handshake. There is magic in a smile. There is magic in excitement and determination.
There is real magic in compassion and caring and sharing. There is unusual magic in strong feeling and we see; all that comes from inside; not outside. So; the difference is inside we. The real difference is we. You are the major key to our better future.
All Of things that can have an effect on our future; I believe personal growth is the greatest. We can talk about sales growth; profit growth; asset growth; but all of this probably will not happen without personal growth.
It is really the open door to this all. In fact I’d like to have we memorize a most important phrase. Here this is; “The major key to our better future is WE.”
Let me repeat that. “The Key Major to Better Future is You” Put that someplace we can see this everyday; in the bathroom; in the kitchen; at the office; anywhere where we can see this everyday. The major key to our better future is WE. Try to remember that every day we live and think about this. The major key is WE.
Now; there are many things that will help our better future. If we belong to a strong; dynamic and progressive company; that would help. If the company has good products; good services that we are proud of; that would certainly help. If there were good sales aids; that would help; good training would certainly help.
If there is strong leadership that will certainly help. All of these things will help; and of course; if this doesn’t storm; that will help. If our car doesn’t break down; that will help. If the kids don’t get sick; that will help. If the neighbors stay half way civil; that will help. If our relatives don’t bug we; that will help.
If this isn’t too cold; if this isn’t too hot; all those things will help our better future. And if prices don’t go much higher and if taxes don’t get much heavier; that will help. And if the economy stays stable; those things will all help. We could go on and on with the list; but remember this; the list of things that I’ve just covered and many more -all put together- play a minor role in our better future.
Bartolomeus van Diaz [07.05]
Disuatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang. De, “boleh kakak bertanya” ? silahkan kak, kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?, oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka? Lalu ,
Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma ”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik.
Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.
Yang ibu ku selalu katakan “ hidup harus berarti buat banyak orang “, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaituKasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.
Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,” Apa yang kita bawa”?.Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat mengiringiku masuk keSurga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.
(Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.)
Bartolomeus van Diaz [07.01]
Impian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan bersikap. Dengan impian kita akan tau dimana titik akhir dari perjuangan. Dan segera setelah mencapai impian itu, kita dapat menggantikannya dengan impian lain yang belum tercapai.
Sahabat, dalam meraih impian, kita perlu strategi dan peta. Sehingga saat berjalan dan bertemu dengan hambatan, kita dapat memilih untuk melompatinya ataukah memutarinya dan mengambil jalan lain. Tanpa mengubah impian, hanya mengubah arah jalan saja.
Bayangkan anda berada di tengah samudera di atas sebuah speedboat.
Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau, dan di
pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan.
Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu
semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang
cakrawala. Tapi cakrawala yang mana…?
Masalahnya adalah anda tidak punya kompas, peta, radio, telepon,
dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah
akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian,
sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit.
Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila anda salah arah – anda bisa kehabisan bahan bakar
sebelum bisa mencapai pulau impian.
Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti
kegunaan hidup anda – adalah sama dengan dilema pulau impian.
Semua impian anda sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya
anda harus mengetahui peta impian. Yaitu apa, di mana, dan bagaimana mencapainya. Anda mutlak mengetahui arah untuk mencapainya. Tentukan peta anda sekarang – untuk dapat mencapai impian anda. Buat seteliti dan seakurat mungkin – dan selanjutnya anda tinggal mengarahkan speedboat anda ke pulau impian… Untuk selanjutnya, Anda meraihnya, merengkuhnya, dan tersenyum dengan bangga, “Inilah impianku, dan aku telah mendapatkannya.”
Bartolomeus van Diaz [06.56]
Selasa, 05 Januari 2010
Sehari setelah Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-2 yang terpilih melalui pemilihan langsung, malam ini (saya lihat di tipi), beliau mengumumkan secara resmi Susunan Kabinet 2009-2014 dengan nickname Kabinet Indonesia Bersatu.
Berikut nama para menteri dan pejabat tinggi negara yang akan mengemban tugas dalam pemerintahan selama 5 tahun ke depan.
Bartolomeus van Diaz [06.06]